Masih ada banyak perbedaan lain diantara kelas webhosting yang banyak ditawarkan yaitu shared hosting, VPS, Dedicate server, Semi dedicated, dan Colocation yang mungkin kamu harus ketahui. Disini akan kita bahas tuntas meskipun masih dalam pengetahuan dasar, namun saya yakin sudah bisa menjawab pertanyaan kamu.
Mengenal Webhosting
Pengetahuan yang paling mendasar yang harus dikuasai tentang menghosting blog sendiri(self hosted) adalah memahami apa itu webhosting. Webhosting secara umum adalah komputer server yang bertugas menyimpan file website kita, yang terhubung dengan DNS, dan memiliki bandwidth sehingga website kita bisa diakses dari semua lokasi diseluruh dunia.
Dalam dunia bisnis perhostingan, server tersebut disewakan dengan jangka waktu yang disepakati dan bisa diperpanjang. Karena server ini disewakan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan penyewa, perusahaan webhosting membagi-baginya sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan oleh pelanggan. Misalnya pelanggannya hanya butuh website kecil yang tak butuh banyak space dan bandwidh, pelanggan bisa memilih jenis shared hosting yang sesuai dengan kebutuhan website mereka. Dan sebaliknya, jika pelanggan butuh spesifikasi dan kapasitas server yang besar, mereka bisa memilih jenis/kelas hosting yang sesuai dengan kebutuhan website mereka.
Class/Kelas hosting adalah cara perusahaan hosting untuk mengelompokkan paket yang mereka tawarkan kepada pelanggan, agar pelanggan bisa memilih paket mana yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka termasuk harga.
Beberapa kelas hosting yang ditawarkan umumnya meliputi kelas shared hosting, VPS hosting, semi dedicated server, dedicated server, hingga colocation.
Lalu pertanyaannya, saya butuh kelas hosting yang seperti apa?
Jika kamu berencana untuk membangun personal blog, shared hosting mungkin sudah cukup memadai. Shared hosting adalah kelas web hosting yang paling instan, cepat, dan mudah, serta sangat bersahabat dalam hal biaya kontrak/sewa. Bahkan banyak webhosting yang menawarkan IDR50.000/tahun.
Meskipun hanya personal blog, bukan tak mungkin suatu saat blog kamu akan memiliki banyak artikel jika rajin update. Dan bukan suatau yang tak mungkin juga jika blog kamu mengalami ledakan pengunjung karena artikel kamu sangat menarik dan disukai orang. Disini kamu mungkin sudah mulai bingung karena ada beberapa masalah yang mulai muncul, seperti akses blog menjadi lelet bahkan tak bisa diakses samasekali/down, hingga kehabisan bandwidth. Kenapa bisa demikian?
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kapasitas hoting yang dijual berbeda-beda, mulai dari yang kecil hingga yang besar. Jika pengunjung blog sudah melampaui dari kapasitas hosting, sudah tentu blog kamu akan memiliki banyak masalah saat diakses termasuk lelet.
Biasanya kalau sudah begini perusahaan webhisting akan menyarankan untuk upgrade ke paket yang lebih tinggi, tapi biasanya akan menjadi tak murah dan belum tentu langsung bisa mengatasi masalah. Mungkin ini saatnya bagi kamu untuk pindah kelas naik ke semi dedicated atau VPS hosting.
Kenapa semi-dedicated hosting? Dedicated hosting bisa dikatakan seperti shared hosting biasa, namun dengan spek server yang lebih besar. Cocok bagi kamu yang butuh pengelolaan server mudah namun dengan kemampuan yang cukup besar.
Kenapa VPS? – karena VPS biasanya menyediakan sumberdaya yang lebih besar daripada shared hosting, namun biasanya yang paling diutamakan dalam memilih VPS adalah karena bisa dikelola secara privat tanpa ada celah keamanan yang ditimbulkan oleh pengguna lain. Lalu apa sih perbedaan antara shared hosting dan VPS hosting?
Mari kita mengenal bermacam paket webhosting yang ditawarkan, dari mulai shared, semi DDs, VPS dan Colo dengan analogi sederhana supaya lebih mudah dipahami oleh pemula :
Shared hosting
Shared hosting saya katakan cocok untuk pengguna hosting pemula, karena cara pengelolaan sudah cukup instan dengan beragam installer dan berbagai fitur lain yang penting untuk sebuah server. Kamu hanya cukup memesan paket hosting yang disarankan, lalu medapatkan akses ke (umumnya cPanel), dan selanjutnya kamu bisa mulai upload aplikasi web/blog. Bahkan biasanya satu paket dengan domain, sehingga dengan cepat web/blog kamu segera online.
Shared hosting bisa kita analogikan sebagai sebuah rumah kos atau rumah susun. Dalam satu gedung yang sama yang dibagi-bagi menjadi banyak ruangan, dan masing-masing penghuni kamar akan menggunakan fasilitas yang disediakan secara berbagi/bersama-sama, contohnya tempat parkir, kamar mandi, listrik, air, dsb.
Sayangnya tak semua penghuni kamar kos orangnya bijak dan baik, ada sebagian yang serakah yang menggunakan air lebih banyak, tak mau antri, berisik, tak mau menjaga kebersihan, atau menggunakan kamar mandi lebih lama. Dan ketika itu terjadi maka penghuni yang lain mau tak mau akan terganggu karena walau bagaimanapun sumber daya yang dipergunakan sama.
Dalam shared webhosting, sumberdaya yang digunakan secara bersama-sama ini mencakup keseluruhan sumberdaya vital server seperti CPU, alamat IP, disk, dan memori/RAM yang berada pada satu server(server ibarat rumah kostnya). Dan apabila ada salah satu blog/web pelanggan yang berada dalam satu server shared hosting ini menggunakan sumberdaya yang berlebihan(misalnya penggunaan script yang berat dan/atau pengunjung blognya sudah terlalu banyak), maka niscaya seluruh pemilik web lainnya akan terganggu meskipun tak menggunakan sumberdaya yang besar. Disinilah kelemahan utama dari shared hosting.
VPS Hosting
VPS kependekan dari Private Virtual Server , yaitu teknologi yang memungkinkan bagi pengguna untuk menjalankan beberapa sistem operasi virtual pada satu sistem/komputer server – yaitu menggunakan sofware yang disebut Sistem operasi Virtualisasi. Setiap sistem operasi virtual bekerja seperti dedicated server, yaitu yang memungkinkan bagi pengguna untuk memiliki banyak kelebihan seperti dedicated server, namun dengan biaya yang jauh lebih murah.
Ada beberapa macam virtualiasai VPS, yaitu Open VZ, KVM, dan XEN (nanti kita bahas di artikel yang lain),.
Persamaan VPS dengan shared hosting adalah, keduanya sama-sama menggunakan sebuah server fisik(DDS). Perbedaannya, VPS menggunakan Sistem Operasi Virtualisasi dimana akan memungkinkan untuk masing-masing akun VPS bisa menginstal OS yang berbeda-beda, serta menggunakan CPU, RAM, disk yang berbeda pula dan otomatis diberikan IP publik yang unik. Sementara Shared hosting tidak demikian, semua sumberdaya secara langsung digunakan secara bersama-sama untuk banyak akun termasuk IP publik.
VPS bisa dianalogikan sebagai sebuah kondominium, selain penghuni bisa berbagi penggunaan properti ~ penghuni juga bertanggung jawab atas properti sendiri serta termasuk untuk masalah maintain/perbaikannya.
Pelanggan bertanggung jawab penuh atas VPS yang dikelolanya, termasuk menginstal aplikasi web yang diperlukan sendiri, termasuk seperti control Panel server, aplikasi database, dsb, dan masih buanyak lagi sesuai kebutuhan. Namun pelanggan juga msih harus memperhatikan batas penggunaan sumberdaya yang sudah ditentukan, dan harus mengatasinya sendiri jika ada masalah software pendukung web server agar bisa running.
Namun apabila pelanggan kesulitan mengelola VPSnya atau ada trouble yang tak bisa diatasi, mereka bisa minta service dari pengelola VPS hosting dengan membayar sejumlah biaya tergantung dari jumlah layanan dan/atau tingkat kesulitan.(*tanyakan kepada provider)
VPS Managed Vs VPS Unmanaged
Namun jangan risau dulu, karena ada jenis paket VPS yang bisa kamu pilih sesuai dengan kemampuan kamu. Kamu bisa memilih paket managed VPS jika merasa belum paham pengelolaan webserver(*tanyakan kepada provider tentang paket ini). Ohya, satu hal lagi yang perlu kamu tahu tentang kelas VPSmenurut paket yang dijual yaitu: Unmanaged VPS dan Managed VPS.
Unmanaged VPS: pelanggan harus bisa mengelola VPS yang dipesannya secara mandiri tanpa melibatkan provider, termasuk soal memilih OS yang diinginkan, hingga menginstal software-software pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk menjalankan situs web. Pelanggan juga bertanggung jawab akan keamanan servernya sendiri(dalam hal ini VPS yang dikelolanya). Kalau ada trouble masalah hardware, barulah si pelanggan bisa minta bantuan penyelenggara VPS hosting.
Dalam unmanaged VPS, kerusakan software misalnya error/corrupt hingga kehilangan data atau masalah terkait kesalahan pengguna sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna sendiri. Untuk itu, jika menggunakan unmanaged VPS kamu juga harus membuat BACKUP sendiri, sebab jika tidak kamu tak bisa minta kerugian apapun termasuk meminta backup kepada penyedia VPS – meskipun kesalahan karena kerusakan fisik server yang kamu tak memiliki akses kesana.
Managed VPS, ini seperti selayaknya shared hosting soal fitur dan pelayanan. Pelanggan cukup tinggal menginstal web/blognya, sedangkan masalah sofware dan semua teknis server akan ditangani oleh provider. Dan tentu saja hal ini akan menambah biaya manage, disamping biaya sewa VPSnya sendiri.
Apakah dalam VPS bebas gangguan dari penggunaan sumberdaya berlebihan oleh user lain?
VPS saya jelaskan sekali lagi adalah sebuah server fisik yang dibagi menjadi banyak server secara virtual yang dibangun menggunakan bantuan Sistem Operasi Virtualisasi . Jadi bukan tanpa gangguan, karena VPS sejatinya masih dalam 1 server; sehingga apabila ada VPS lain yang berada dalam 1 server dengan kamu menggunakan sumberdaya berlebihan, maka virtualisasi(VPS) milik kamu juga bisa terganggu – namun risiko seperti ini lebih kecil daripada shared hosting karena kapasitasnya yang jauh lebih besar. Dengan catatan provider VPS bekerja dengan pengawasan yang baik serta menegakkan aturan pengguaan yang ketat.
Tak seperti shared hosting yang bisa terganggu karena terkena malware akibat pengguna lain yang terinfeksi atau sengaja disusupkan oleh pengguna lain dalam 1 server, maka untuk VPS tidak ada risiko seperti itu.
Unmanaged VPS harga sewa jauh lebih murah daripada managed VPS, namun semua hal pengelolaan software webserver harus ditangani sendiri. Sementara Managed VPS, pengguna tak perlu mengurusi masalah teknis webserver baik sofwrae/hardware namun harga sewanya jauh lebih mahal bisa 10x lipat dari unmanaged VPS.
Jika Unmanaged adalah pilihan kamu, maka tentu kamu harus paham akan semua hal tentang pengelolaan VPS untuk webserver. Kalau tidak mau sibuk di urusan pengelolaan VPS, kamu bisa memesan jenis paket Managed VPS.
Kamu mungkin butuh menyewa shared hosting apabila merasa masih belum mengerti atau masih belajar mengenai web hosting(self host). Tapi jika visitor blog kamu sudah tak memungkinkan lagi jika menggunakan shared hosting misalnya visitor melampaui 10K/Day, maka mau tak mau kamu harus menggunakan VPS atau diatasnya – atau memilih paket shared hosting yang lebih tinggi.
VPS bisa menjadi solusi berikutnya setelah shared hosting, apabila shared hosting dirasa sudah tidak mampu lagi menghandle request oleh software/aplikasi pembangun blog yang kamu instal di server hosting.
Dedicated Server (DDS)
Paket diatas VPS adalah dedicated server(DDS). Dedicated server bisa dianalogikan bagai rumah yang bisa kamu tempati sendiri(bukan rumah milik pribadi lho?), dimana kamu bebas menggunakan atau menambahkan fasilitas apa saja, dan bisa memutuskan untuk tidak tinggal bersama orang lain. Pada DDS, selayaknya rumah sewa, kamu bisa mengatur penggunaan sumberdaya seperti air dan listrik sendiri tanpa ada intervensi tetangga.
Dedicated server adalah 1 server fisik yang kamu gunakan sendirian, laksana kamu bekerja dengan PC di warnet yang ada dirumah dimana yang bebas menggunakannya tanpa ada pembatasan dan gangguan dari user lain. Bahkan kamu juga bisa menyewakannya secara dibagi-bagi selayaknya shared hosting atau VPS untuk digunakan oleh banyak orang.
DDS adalah 1 server fisik yang bisa disewa dari provider, namun secara fisik bukan merupakan properti milik kamu tapi milik provider hosting. Jadi meskipun DDS adalah 1 server fisik, tapi kamu tidak bisa mengurusi masalah teknis hardware server yang terletak di datacenter. DDS memang sepenuhnya dalam kuasa kamu, tapi terbatas hanya untuk urusan software.
Pendek kata, DDS sebenarnya tak jauh beda dengan VPS. Hanya saja DDS merupakan 1 server fisik, bukan seperti VPS yang sejatinya 1 server fisik yang di bagi secara virtual dengan software agar bisa digunakan untuk banyak server. Dan karena DDS adalah 1 server yang dipakai sendiri, maka sudah barang tentu kapasitasnya jauh lebih besar daripada VPS.
Kapan saya pindah ke DDS? apabila kamu butuh web yang lebih privat lagi misalnya web keuangan atau mengelola user, atau membutuhkan kapasitas server yang sangat besar atau lebih besar yang tak bisa ditangani oleh VPS.
Apakah Semi-Dedicated Server?
Semi dedicated server tidak seperti dedicated server, tapi lebih seperti shared hosting namun dalam kapasitas yang lebih besar daripada shared hosting. Karena dalam semi-DDS kamu juga masih berbagi dengan pengguna lain, sehingga risiko-risiko keamanan dan keterbatasan bandwidth akan ditanggung semua pengguna yang menghost disitu. gangguan seperti mlaware juga bisa masuk melalui pengguna yang lain yang ada dalam satu server semi-dedicated tersebut. Ibarat rumah, kamu menyewa sebuah rumah yang sangat besar untuk ditempati banyak orang.
Semi DDS bisa menjadi pilihan alternatif selain VPS, bahkan masih dibawah VPS; namun masih lebih baik daripada shared hosting dari sisi sumberdayanya yang lebih besar daripada shared hosting. Secara penggunaan beda dengan shared hosting, kamu hanya tinggal upload/install website/blog kamu saja tanpa harus pusing menginstall software untuk membangun sebuah server seperti halnya pada VPS unmanaged atau DDS.
Apakah Colocation?
Masih ada lagi jenis server hosting yang bisa Kamu gunakan setelah DDS, yaitu yang disebut dengan colocation. COLO atau colocation adalah pilihan yang tepat untuk web/server korporasi, karena pada colo semuanya bebas tangan dari pihak ketiga semisal provider webhosting. Jadi semua rahasia data perusahaan terjamin tak akan disentuh oleh orang lain. Colocation bisa disebut sebagai embahnya webhosting, karena hosting provider menggunakan colo sebagai server mereka yang nantinya akan dibagi-bagi lagi menjadi seperti shared hosting, VPS, atau disewakan sebagai DDS.
Dalam colocation kamu bisa berkuasa sepenuhnya baik untuk penanganan hardware dan software manajemen server termasuk keamanan, perbaikan, instalasi, perawatan dsb. Kamu hanya perlu membayar pemakaian bandwidth, listrik, keamanan secara fsisik, dan gedung untuk tempat servernya(datacenter); Kamu juga harus membeli komputer server beserta hardware dan semua softwarenya sendiri dengan spek dan merek komputer server sesuka kamu. :D. Ini adalah server yang sesungguhnya merupakan properti pribadi. Ibarat rumah, mulai dari tanah, pembangunan, hingga fasilitas listrik dan air serta akses jalan, kamu yang membiayainya sendiri. Kamu juga bebas menyewakan atau bahkan menjualnya kepada orang yang membutuhkan.
Artikel di Update pada Agustus 3, 2018 2:34 am