Deskripsi, Fungsi, Cara Kerja, Kegunaan, Jenis-jenis Resistor

Resistor adalah sebuah komponen elektronik yang digunakan untuk mengurangi arus listrik yang mengalir dalam sebuah rangkaian. Komponen ini tersusun dari material penghantar yang direkayasa sedemikian rupa sehingga memiliki hambatan listrik yang dapat diatur sesuai kebutuhan.

Resistor memiliki dua kaki yang dapat dihubungkan ke bagian lain dari rangkaian listrik. Ketika arus listrik mengalir melalui resistor, maka ada hambatan listrik yang menyebabkan turunnya tegangan listrik pada resistor tersebut. Hal inilah yang menyebabkan penurunan arus listrik pada rangkaian tersebut.

Nilai hambatan listrik pada resistor diukur dengan satuan ohm (Ω). Nilai hambatan tersebut dapat diatur dengan mengubah panjang, luas, dan jenis bahan resistor. Ada dua jenis resistor, yaitu resistor tetap dan resistor variabel. Resistor tetap memiliki nilai hambatan yang tetap, Sedangkan resistor variabel memiliki nilai hambatan yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.

Resistor digunakan dalam berbagai aplikasi elektronik, seperti dalam rangkaian listrik sederhana, sirkuit elektronik, sistem kontrol, dan banyak lagi. Hak ini juga digunakan dalam berbagai perangkat elektronik, seperti telepon seluler, televisi, komputer, dan perangkat elektronik lainnya.

Fungsi, Jenis, Cara Kerja, Kegunaan, Dan Cara Menghitung

Fungsi resistor dalam rangkaian sirkuti elektronika

Resistor memiliki berbagai fungsi penting dalam rangkaian sirkuit elektronika. Beberapa fungsi utama dari resistor dalam sirkuit elektronika antara lain:

  • Mengurangi arus listrik: Resistor digunakan untuk mengurangi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian. Dengan mengurangi arus listrik, resistor dapat melindungi komponen lain dalam rangkaian dari kerusakan akibat arus yang terlalu besar.
  • Menentukan tegangan listrik: Resistor dapat digunakan untuk menentukan tegangan listrik pada titik-titik tertentu dalam rangkaian. Hal ini berguna untuk mengontrol sinyal listrik dalam rangkaian.
  • Menstabilkan sinyal listrik: Resistor dapat digunakan untuk menstabilkan sinyal listrik dalam rangkaian. Hal ini dapat membantu menghindari fluktuasi atau ketidakstabilan sinyal listrik.
  • Mengatur kecepatan pengisian dan pengosongan kapasitor: Resistor dapat digunakan untuk mengatur kecepatan pengisian dan pengosongan kapasitor dalam rangkaian. Hal ini penting dalam rangkaian yang menggunakan kapasitor sebagai penyimpan sementara energi listrik.
  • Membagi tegangan listrik: Resistor dapat digunakan untuk membagi tegangan listrik dalam rangkaian. Hal ini berguna untuk mengatur kecepatan atau intensitas sinyal listrik dalam rangkaian.

Dalam sirkuit elektronika, resistor juga dapat digunakan untuk membentuk filter sinyal, membatasi arus listrik, mengontrol kecepatan motor, dan banyak lagi. Oleh karena itu, resistor adalah komponen elektronika yang sangat penting dalam rangkaian sirkuit elektronika.

Satuan resistor

Satuan resistor adalah ohm (Ω), yang dinamakan berdasarkan nama ilmuwan Jerman Georg Simon Ohm. Hukum Ohm yang memperlihatkan hubungan antara arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian listrik.

Satuan ohm (Ω) digunakan untuk mengukur hambatan listrik pada resistor, yang menunjukkan seberapa besar perlawanan resistor terhadap aliran arus listrik. Selain itu, terdapat juga satuan turunan, seperti kilo-ohm (kΩ) dan mega-ohm (MΩ), yang digunakan untuk resistor dengan nilai hambatan yang lebih besar.

Jenis-jenis resistor

Ada beberapa jenis resistor yang biasa digunakan dalam rangkaian elektronika, antara lain:

Resistor tetap

  • Resistor Karbon (Carbon Film Resistor): Resistor jenis ini adalah jenis resistor yang paling umum digunakan. Resistor karbon terdiri dari lapisan tipis karbon yang diletakkan di atas substrat keramik atau plastik. Resistor jenis ini biasanya digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan hambatan listrik yang rendah.
  • Resistor Metal Film (Metal Film Resistor): Resistor jenis ini memiliki hambatan listrik yang lebih stabil daripada resistor karbon. Resistor metal film terdiri dari lapisan tipis logam yang diletakkan di atas substrat keramik atau plastik.
  • Carbon composition resistor:  adalah salah satu jenis resistor yang dibuat dari campuran karbon dengan bahan pengikat seperti resin atau lilin. Resistor jenis ini dapat digunakan pada berbagai aplikasi elektronik, karena memiliki toleransi yang cukup presisi dan dapat bekerja dengan baik pada rentang suhu yang lebar.
  • Resistor Kabel (Wire Wound Resistor): Resistor jenis ini memiliki konstruksi yang berbeda dari resistor karbon atau metal film. Resistor kabel terdiri dari kawat yang dililitkan pada substrat keramik atau plastik, dan biasanya digunakan pada aplikasi yang membutuhkan hambatan listrik yang tinggi.

JENIS RESISTOR

Resistor tidak tetap

  • Resistor LDR (Light Dependent Resistor): Resistor jenis ini memiliki hambatan listrik yang berubah-ubah tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Resistor LDR biasanya digunakan pada aplikasi pengendalian lampu atau sensor cahaya.
  • Resistor Varistor: Resistor jenis ini memiliki hambatan listrik yang dapat berubah sesuai dengan tegangan listrik yang diterimanya. Resistor varistor biasanya digunakan untuk melindungi komponen elektronik dari kerusakan akibat lonjakan tegangan listrik.
  • Resistor Thermistor: Resistor jenis ini memiliki hambatan listrik yang berubah-ubah tergantung pada suhu. Resistor thermistor biasanya digunakan pada aplikasi pengendalian suhu.
  • Resistor Potensio (Potentiometer): Resistor jenis ini memiliki hambatan listrik yang dapat diatur secara manual dengan memutar sebuah tuas. Resistor potensio biasanya digunakan pada aplikasi pengaturan volume atau kecerahan.
  • Resistor Trimpot(Trimer potensio) : sama seperti resistor potensio, tetapi tidak menggunakan tuas untuk mengubah nilainya tetapi menggunakan obeng – yang dipergukan untuk penyetelan fungsi tertentu pada tahap produksi atau servis yang biasanya hanya sekali saja pada sebuah perangkat elektronika.

RESISTOR JENIS DAN FUNGSINYA
Itulah beberapa jenis resistor yang sering digunakan dalam rangkaian elektronika. Setiap jenis resistor memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda-beda tergantung pada aplikasi yang digunakan.

Bahan resistor tetap

Resistor tetap atau fixed resistor dibuat dari bahan-bahan tertentu yang memiliki sifat resistivitas yang baik. Bahan yang sering digunakan untuk membuat resistor tetap antara lain karbon, logam, dan film logam.

Resistor karbon dibuat dengan mencetak karbon pada substrat keramik atau plastik. Resistor logam biasanya dibuat dengan mengikat kawat logam pada substrat keramik atau plastik dan mengaplikasikan lapisan isolator. Sedangkan resistor film logam dibuat dengan mengaplikasikan lapisan tipis logam pada substrat keramik atau plastik.

Selain itu, resistor tetap juga dapat dibuat dengan menggabungkan bahan-bahan resistor yang berbeda, misalnya dengan mengikat kawat logam dan kawat karbon dalam satu rangkaian. Kombinasi bahan yang digunakan untuk membuat resistor akan menentukan nilai resistansi dan toleransi dari resistor tersebut.

Dalam semua kasus, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat resistor tetap dipilih berdasarkan sifat resistivitasnya yang stabil dan dapat diandalkan dalam jangka panjang. Hal ini sangat penting karena resistor tetap harus dapat mempertahankan nilai resistansinya dalam waktu yang lama dan di bawah berbagai kondisi lingkungan yang mungkin berubah-ubah.

Kemasan atau paket resistor

Resistor umumnya dikemas dalam paket berbentuk tabung silinder kecil, yang disebut sebagai “axial package”, atau dalam paket datar berbentuk persegi panjang, yang disebut sebagai “surface mount package”. Paket axial lebih umum digunakan pada resistor konvensional, sedangkan paket permukaan lebih umum digunakan pada resistor SMD (Surface Mount Device).

Paket axial biasanya terdiri dari dua kaki logam yang keluar dari kedua ujung tabung. Kaki-kaki tersebut dapat ditekuk dan disolder pada rangkaian sirkuit yang diinginkan. Paket axial memiliki ukuran yang bervariasi tergantung pada nilai hambatan dan daya yang dibutuhkan, dan dapat ditemukan dalam berbagai ukuran yang berbeda.

Paket permukaan, di sisi lain, dirancang untuk memudahkan pemasangan pada PCB (Printed Circuit Board) dan meminimalkan ukuran dan berat komponen. Resistor SMD ditempatkan pada permukaan PCB dan ditekan pada posisi menggunakan alat khusus atau mesin pick and place. Paket permukaan biasanya memiliki tampilan datar dan memiliki kode warna atau kode numerik yang dicetak di atasnya untuk mengidentifikasi nilai hambatan.

Selain paket axial dan permukaan, ada juga jenis paket resistor lainnya seperti paket radial, paket chip, dan paket SOT (Small Outline Transistor). Setiap jenis paket resistor memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda tergantung pada aplikasi dan desain sirkuit yang digunakan.

Cara mengetahui nilai resistor kemasan biasa dan SMD

Untuk mengetahui nilai resistor kemasan biasa atau axial, umumnya nilai hambatan dapat dibaca dari kode warna yang terdapat pada tubuh resistor. Kode warna ini biasanya terdiri dari tiga atau empat strip warna pada tubuh resistor, yang masing-masing merepresentasikan angka atau digit nilai hambatan. Strip pertama dan kedua merepresentasikan digit pertama dan kedua, sedangkan strip ketiga merepresentasikan faktor pengali (multiplier). Strip keempat pada resistor empat strip merepresentasikan toleransi.

Berikut adalah tabel warna standar yang digunakan untuk membaca kode warna resistor:

Warna Angka / Digit
Hitam
Coklat 1
Merah 2
Orange 3
Kuning 4
Hijau 5
Biru 6
Ungu 7
Abu-abu 8
Putih 9
Emas
Perak

Misalnya, sebuah resistor dengan kode warna coklat-hitam-merah-emas (1-0-2-5%) memiliki nilai hambatan 1000 ohm dengan toleransi 5%.

Baca juga : Cara Mengetahui Nilai Resistor dari Kode Warna dengan Mudah

Sedangkan untuk resistor SMD, nilai hambatan biasanya ditandai dengan kode numerik yang tercetak di atas permukaan resistor. Kode numerik ini biasanya terdiri dari tiga atau empat digit, dengan digit terakhir menunjukkan faktor pengali (multiplier). Sebagai contoh, kode “102” pada resistor SMD menunjukkan nilai hambatan 1 kiloohm (1000 ohm). Selain itu, beberapa resistor SMD juga dilengkapi dengan kode huruf yang menunjukkan toleransi, seperti “F” untuk toleransi 1% atau “J” untuk toleransi 5%.

Untuk lebih memudahkan, terdapat pula alat bantu seperti aplikasi ponsel atau website yang dapat membantu membaca nilai hambatan resistor dari kode warna atau kode numerik pada resistor.

Ukuran kemampuan resistor dalam satuan

Kemampuan atau daya yang dapat ditangani oleh sebuah resistor dinyatakan dalam satuan Watt (W). Ukuran kemampuan resistor ini sangat penting untuk diperhatikan dalam perancangan sirkuit elektronik, karena jika daya yang melewati resistor terlalu besar dari kemampuan resistor, maka resistor dapat rusak atau bahkan terbakar.

Kemampuan resistor biasanya ditentukan oleh ukuran fisik dan bahan yang digunakan dalam pembuatannya. Semakin besar ukuran fisik dan semakin baik bahan yang digunakan, semakin tinggi kemampuan resistor tersebut.

Baca Juga :  Kulkas Tidak Dingin, Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Untuk resistor kemasan biasa atau axial, kemampuan biasanya ditandai dengan angka yang dicetak pada tubuh resistor. Misalnya, jika pada tubuh resistor tertulis angka “1/4W”, maka resistor tersebut memiliki kemampuan sebesar 1/4 Watt.

Sedangkan untuk resistor SMD, kemampuan biasanya ditandai dengan kode huruf yang dicetak di atas permukaan resistor. Kode huruf ini biasanya terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

R = 1/4 Watt
P = 1/8 Watt
N = 1/16 Watt
L = 1/10 Watt
Perlu diingat bahwa kemampuan resistor harus dipilih dengan hati-hati agar sesuai dengan kebutuhan sirkuit elektronik. Jika daya yang melewati resistor terlalu besar dari kemampuan resistor yang dipilih, maka resistor dapat menjadi rusak atau bahkan terbakar.

Toleransi resistor tetap

Toleransi resistor adalah seberapa besar toleransi atau ketelitian nilai resistansi dari resistor terhadap nilai nominal yang sebenarnya. Hal ini diukur dalam persen (%), yang menunjukkan selisih nilai resistansi antara nilai nominal dan nilai resistansi sebenarnya.

Toleransi resistor ditentukan pada saat pembuatan resistor, dan biasanya dicetak pada tubuh resistor menggunakan kode warna atau kode huruf. Nilai toleransi bervariasi antara 1% hingga 20%, tergantung pada kualitas resistor dan spesifikasi yang dibutuhkan dalam sirkuit elektronik.

Misalnya, jika sebuah resistor memiliki nilai resistansi nominal 100 ohm dengan toleransi 5%, maka nilai resistansi sebenarnya dapat berkisar antara 95 ohm hingga 105 ohm. Dalam pembuatan sirkuit elektronik, toleransi resistor sangat penting diperhatikan, terutama jika sirkuit membutuhkan ketelitian tinggi dalam pengukuran resistansi.

Toleransi resistor yang kecil, seperti 1% atau 2%, lebih akurat dan sering digunakan dalam aplikasi elektronik yang memerlukan ketelitian yang tinggi, seperti dalam peralatan pengukuran, amplifier audio, dan sistem kontrol. Sementara toleransi resistor yang besar, seperti 10% atau 20%, digunakan dalam aplikasi yang memerlukan ketelitian yang lebih rendah, seperti dalam rangkaian daya atau rangkaian lampu pijar.

Alat untuk mengetahui nilai resistor

Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai resistor, di antaranya:

  • Multimeter: Alat yang sering digunakan untuk mengukur nilai resistor adalah multimeter. Multimeter dapat mengukur nilai resistansi dengan menghubungkan kedua ujung resistor pada bagian yang disebut dengan probe. Multimeter akan menampilkan nilai resistansi pada layarnya.
  • Ohmmeter: Ohmmeter adalah alat khusus yang digunakan untuk mengukur nilai resistansi. Ohmmeter bekerja dengan memasukkan arus listrik ke resistor dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Kemudian, ohmmeter akan menghitung nilai resistansi dari hasil pengukuran tersebut dan menampilkannya pada layarnya.
  • Kalkulator nilai resistor: Ada beberapa kalkulator nilai resistor online yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai resistor dengan memasukkan kode warna atau kode huruf yang terdapat pada tubuh resistor.
  • Chart nilai resistor: Ada juga chart nilai resistor yang tersedia, yang menampilkan daftar nilai resistansi yang mungkin ditemukan pada resistor serta kode warna atau kode huruf yang sesuai. Chart ini biasanya tersedia di toko elektronik atau dapat dicari online.

Dalam menggunakan alat untuk mengetahui nilai resistor, pastikan untuk memilih alat yang sesuai dan menggunakan dengan benar untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Cara kerja dari masing-masing jenis resistor

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis resistor beserta fungsi dan cara kerja singkat:

  • Resistor Karbon (Carbon Resistor): Resistor Karbon merupakan jenis resistor paling umum yang terbuat dari campuran grafit dan keramik. Resistor ini digunakan pada berbagai aplikasi elektronik, terutama pada rangkaian audio. Resistor Karbon memiliki toleransi yang relatif tinggi, berkisar antara 5% hingga 20%, dan tidak cocok untuk aplikasi yang membutuhkan ketelitian tinggi. Cara kerjanya adalah dengan menghambat arus listrik melalui resistansi yang dimilikinya.
  • Resistor Lapisan Logam (Metal Film Resistor): Resistor Lapisan Logam dibuat dengan menempatkan lapisan tipis logam pada tabung keramik. Resistor ini memiliki toleransi yang lebih rendah daripada Resistor Karbon, sekitar 1% hingga 5%, dan dapat digunakan pada aplikasi yang membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi. Resistor Lapisan Logam juga memiliki stabilitas temperatur yang baik dan tidak mudah terpengaruh oleh suhu. Cara kerjanya sama dengan Resistor Karbon, yaitu dengan menghambat arus listrik melalui resistansi yang dimilikinya.
  • Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient): Resistor NTC memiliki karakteristik resistansi yang berkurang seiring dengan peningkatan suhu. Resistor ini digunakan pada aplikasi yang membutuhkan pengukuran suhu, seperti pada thermistor. Cara kerjanya adalah dengan mengubah resistansi seiring dengan perubahan suhu.
  • Resistor PTC (Positive Temperature Coefficient): Resistor PTC memiliki karakteristik resistansi yang meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Resistor ini juga digunakan pada aplikasi yang membutuhkan pengukuran suhu, seperti pada thermistor. Cara kerjanya adalah dengan mengubah resistansi seiring dengan perubahan suhu.
  • Resistor Variabel (Variable Resistor): Resistor Variabel, atau Potensiometer, memiliki resistansi yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Resistor ini digunakan pada aplikasi yang memerlukan pengaturan arus atau tegangan, seperti pada rangkaian volume pada amplifier audio. Cara kerjanya adalah dengan mengubah nilai resistansi dengan mengubah posisi wiper atau kursor pada potensiometer.
  • Resistor Film Tipis (Thin Film Resistor): Resistor Film Tipis serupa dengan Resistor Lapisan Logam, namun dibuat dengan menempatkan lapisan tipis logam yang lebih tipis pada substrat keramik. Resistor ini memiliki toleransi yang rendah dan stabilitas temperatur yang baik, serta sering digunakan pada aplikasi yang membutuhkan ketelitian yang tinggi. Cara kerjanya sama dengan Resistor Karbon dan Lapisan Logam, yaitu dengan menghambat arus listrik melalui resistansi yang dimilikinya.

Itulah penjelasan dari masing-masing jenis resistor, beserta fungsi dan cara kerja singkatnya. Semua jenis resistor ini memiliki peran yang penting dalam rangkaian sirkuit elektronik.

Contoh menghitung resistor :

Berikut adalah contoh menghitung resistor untuk menghambat arus dan tegangan:

Menghambat Arus:
Misalnya kita memiliki sumber arus sebesar 9 Volt dan ingin menghambat arus sebesar 100mA. Diketahui bahwa resistor yang tersedia memiliki nilai resistansi sebesar 90 ohm. Maka, kita dapat menghitung nilai resistansi yang dibutuhkan menggunakan rumus Ohm’s Law, yaitu:

V = I x R

R = V / I

R = 9V / 0.1A

R = 90 ohm

Karena resistor yang tersedia memiliki nilai resistansi sebesar 90 ohm, maka kita dapat menggunakan resistor tersebut untuk menghambat arus sebesar 100mA.

Menghambat Tegangan:
Misalnya kita memiliki sumber tegangan sebesar 12 Volt dan ingin menghambat tegangan menjadi 9 Volt. Diketahui bahwa resistor yang tersedia memiliki nilai resistansi sebesar 100 ohm. Maka, kita dapat menghitung nilai resistansi yang dibutuhkan menggunakan rumus Ohm’s Law, yaitu:

V = I x R

I = V / R

I = (12V – 9V) / 100 ohm

I = 0.03A atau 30mA

Karena kita ingin menghambat tegangan sebesar 3 Volt dan memiliki nilai arus sebesar 30mA, maka kita dapat menggunakan resistor yang memiliki nilai resistansi sebesar:

R = V / I

R = 3V / 0.03A

R = 100 ohm

Jadi, resistor yang dibutuhkan untuk menghambat tegangan sebesar 3 Volt adalah resistor dengan nilai resistansi sebesar 100 ohm.

Contoh menghitung rangkaian resistor seri dan pararel

Berikut adalah contoh menghitung rangkaian resistor seri dan paralel beserta rumusnya:

Rangkaian Resistor Seri:
RESISTOR ADALAH
Pada rangkaian resistor seri, resistor-resistor dihubungkan secara berurutan, sehingga arus yang mengalir pada setiap resistor adalah sama. Untuk menghitung total resistansi rangkaian resistor seri, kita dapat menggunakan rumus berikut:

R_total = R1 + R2 + R3 + … + Rn

Contoh:
Diketahui terdapat tiga resistor yang dihubungkan secara seri dengan nilai resistansi R1 = 100 ohm, R2 = 150 ohm, dan R3 = 200 ohm. Maka, total resistansi dari rangkaian resistor tersebut adalah:

R_total = R1 + R2 + R3
R_total = 100 ohm + 150 ohm + 200 ohm
R_total = 450 ohm

Rangkaian Resistor Paralel:
Pada rangkaian resistor paralel, resistor-resistor dihubungkan secara bercabang, sehingga tegangan yang diberikan pada setiap resistor adalah sama. Untuk menghitung total resistansi rangkaian resistor paralel, kita dapat menggunakan rumus berikut:

1/R_total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + … + 1/Rn

Contoh:
Diketahui terdapat tiga resistor yang dihubungkan secara paralel dengan nilai resistansi R1 = 100 ohm, R2 = 150 ohm, dan R3 = 200 ohm. Maka, total resistansi dari rangkaian resistor tersebut adalah:

1/R_total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
1/R_total = 1/100 ohm + 1/150 ohm + 1/200 ohm
1/R_total = 0.01 + 0.0067 + 0.005
1/R_total = 0.0227

R_total = 1/0.0227
R_total = 44.06 ohm

Jadi, total resistansi dari rangkaian resistor seri dengan nilai resistansi R1 = 100 ohm, R2 = 150 ohm, dan R3 = 200 ohm adalah 450 ohm, sedangkan total resistansi dari rangkaian resistor paralel dengan nilai resistansi R1 = 100 ohm, R2 = 150 ohm, dan R3 = 200 ohm adalah 44.06 ohm.

Penemu resistor

Resistor merupakan salah satu komponen elektronik dasar yang telah ditemukan sejak lama dan sudah digunakan sejak zaman awal pengembangan elektronik. Tidak ada satu nama penemu tunggal yang diakui dalam penemuan resistor, karena resistor sudah ditemukan dan digunakan dalam berbagai bentuk dan aplikasi selama berabad-abad.

Namun, beberapa tokoh yang dianggap berperan dalam pengembangan resistor modern adalah Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dan matematikawan Jerman yang menyatakan hukum Ohm, yaitu hubungan antara arus listrik, tegangan, dan resistansi. Selain itu, ada juga Thomas Johann Seebeck, seorang fisikawan Jerman yang menemukan efek Seebeck, yaitu terjadinya beda potensial listrik ketika dua jenis logam yang berbeda dihubungkan pada dua titik yang memiliki suhu berbeda. Efek Seebeck inilah yang menjadi dasar pengembangan resistor suhu atau termistor.

Kesimpulan

Resistor merupakan salah satu komponen elektronik dasar yang berfungsi untuk menghambat aliran arus listrik atau menurunkan tegangan listrik pada suatu rangkaian sirkuit elektronik. Resistor tersedia dalam berbagai jenis, nilai resistansi, dan toleransi yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Beberapa jenis resistor yang umum digunakan adalah resistor karbon, resistor lapisan logam, resistor lapisan tipis, resistor film logam oksida, dan resistor cermet.

Rangkaian resistor dapat dihubungkan secara seri atau paralel untuk menghasilkan total resistansi yang diinginkan. Untuk menghitung total resistansi pada rangkaian resistor seri, dapat dilakukan dengan menjumlahkan nilai resistansi dari setiap resistor, sedangkan untuk rangkaian resistor paralel, dapat dihitung dengan menggunakan rumus 1/R_total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + … + 1/Rn.

Resistor sangat penting dalam pengembangan rangkaian sirkuit elektronik, dan sering digunakan pada berbagai aplikasi elektronik, seperti pada penguat sinyal, sensor suhu, filter, dan sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang resistor sangat diperlukan dalam bidang teknik elektronika.

Leave a Reply